Sinergi Pemkab Belu dan IPB University Dorong Lahirnya Komoditas Unggulan di Kawasan Transmigrasi Tasifeto Mandeu
Atambua-, Dalam upaya memperkuat pengembangan ekonomi dan pemberdayaan masyarakat di kawasan transmigrasi, digelar Focus Group Discussion(FGD) bertajuk “Survei Potensi Komoditas Unggulan untuk Pengembangan Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat di 45 Kawasan Transmigrasi Prioritas Nasional” di Kawasan Tasifeto-Mandeu, Kabupaten Belu, di Gedung Wanita Betelalenok, Selasa (28/10/2025).
Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) bersama Pemerintah Kabupaten Belu, serta didukung oleh Fakultas Ekologi Manusia IPB University melalui Lab Data Desa Presisi.
FGD ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memetakan potensi komoditas unggulan lokal yang dapat menjadi penggerak ekonomi masyarakat transmigran. Melalui pendekatan partisipatif, para peserta yang terdiri dari perwakilan pemerintah daerah dalam hal ini Pimpinan Perangkat Daerah dan Para Camat mencari solusi strategis guna mendorong kemandirian ekonomi kawasan transmigrasi.

Dalam sambutan Bupati Belu, yang dibacakan oleh Asisten Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Kabupaten Belu, Drs. Nikolaus Umbu K. Birri, MM, menyampaikan rasa syukur dan apresiasi atas kehadiran tim IPB Bogor yang dipimpin oleh Dr. Adytia Mustafa, S.KPM., M.Si, beserta jajaran Perangkat Daerah Kabupaten Belu yang turut mendukung kegiatan ini.
“Kegiatan ini merupakan langkah strategis untuk mengidentifikasi potensi komoditas unggulan di kawasan transmigrasi, yang nantinya dapat menjadi dasar pengambilan kebijakan pembangunan ekonomi daerah,” ujarnya.
Bupati juga menjelaskan bahwa Kawasan Transmigrasi Tasifeto Mandeu termasuk dalam 45 kawasan transmigrasi prioritas nasional periode RPJMN 2025–2029, dari total 619 kawasan transmigrasi di Indonesia. Kawasan ini menjadi fokus pemerintah dalam upaya mempercepat pemerataan pembangunan, mendukung swasembada pangan, dan memperkuat pusat-pusat ekonomi lokal, Hal ini sejalan dengan visi daerah untuk menciptakan masyarakat yang mandiri dan sejahtera melalui optimalisasi sumber daya lokal.

Peserta FGD juga diajak untuk menyampaikan pandangan dan pengalaman terkait pengembangan sektor pertanian, peternakan, dan potensi pariwisata desa. Hasil dari kegiatan ini diharapkan menjadi bahan rujukan strategis dalam penyusunan kebijakan pemberdayaan masyarakat transmigrasi di Belu dan kawasan prioritas lainnya.
FGD ini menjadi salah satu langkah nyata dalam memperkuat sinergi antara data, kebijakan, dan aksi lapangan guna menciptakan pembangunan desa yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis potensi lokal. Kegiatan ini diharapkan menjadi awal yang baik bagi penguatan ekonomi masyarakat transmigrasi dan kemajuan Kabupaten Belu secara keseluruhan.
