ATAMBUA — Ada kabar menggembirakan dari ujung timur Indonesia! Kabupaten Belu, yang berbatasan langsung dengan Timor Leste, kini serius menggarap potensi ekonominya. Dalam langkah strategis, Pemerintah Kabupaten Belu menggandeng Institut Pertanian Bogor (IPB) University untuk merancang program pengembangan komoditas unggulan di kawasan transmigrasi dan ekonomi.
Kerja sama ini secara resmi dimulai saat Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Belu, Drs. Nikolaus U. K. Birri, menyambut hangat kedatangan Prof. Dr. Edi Santosa, SP., M.Si., Ketua Program Studi Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB, di Kantor Bupati Belu, Kamis (28/08/2025).
“Kami sangat antusias dengan kerja sama ini, Prof. Edi,” ujar Drs. Nikolaus. “Wilayah perbatasan kami punya potensi yang luar biasa, tapi belum tergarap maksimal. Kami berharap IPB bisa membantu kami menemukan dan mengembangkan komoditas unggulan yang bisa mengangkat perekonomian masyarakat.”

Program ini bukan sekadar pertemuan biasa. Ini adalah sebuah misi nyata untuk mencari “harta karun” tersembunyi di tanah Belu. Selama empat bulan ke depan, para dosen dan mahasiswa dari IPB University dan Universitas Timor (Unimor) akan terjun langsung ke lapangan, termasuk di Desa Makir, Lasiolat, Lakmaras, Asumanu, dan Kecamatan Atambua Selatan. Mereka akan fokus mengidentifikasi komoditas pertanian, perkebunan, atau peternakan yang paling cocok untuk dikembangkan.
Menurut Prof. Dr. Edi Santosa, timnya akan berfokus pada tiga hal utama Identifikasi potensi komoditas unggulan, Perancangan sistem pertanian modern dan Pelatihan serta pendampingan bagi masyarakat. Beliau juga memberikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Belu atas penerimaan dam penyambutannya.
“Terimakasih Pemerintah Kabupaten Belu yang sudah menerima kami disini. Program Ekspedisi Patriot ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, membangkitkan ekonomi, dan menggali aspek-aspek komoditas unggulan di Kabupaten Belu. Semoga program ini bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat” jelas Prof. Edi.
Pertemuan ini turut dihadiri oleh Sekretaris Dinas Koperasi, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Belu, Marselinus Koli, S.Sos., para camat, kepala desa, serta para mahasiswa dari kedua kampus. Kolaborasi yang melibatkan pemerintah, akademisi, dan masyarakat ini menunjukkan semangat Sinergi Triple Helix yang kuat.

Dengan ditemukannya dan dikembangkannya komoditas unggulan, kawasan transmigrasi di Belu diharapkan tidak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga menjadi pusat ekonomi yang produktif dan mandiri. Hal ini tentu akan membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Semoga kolaborasi ini membawa dampak positif dan menjadikan Belu sebagai percontohan bagi pengembangan ekonomi di wilayah perbatasan Indonesia lainnya.